cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Forum Arkeologi
Published by Balai Arkeologi Bali
ISSN : 08543232     EISSN : 25276832     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Forum Arkeologi Journal as a media for disseminating various information related to culture in the past, based on the results of archaeological research and cultural scientific studies. Forum Arkeologi Journal is a scientific journal published by Balai Arkeologi Bali since 1988. Forum Arkeologi Journal published twice a year. Each article published in Forum Arkeologi reviewed by at least two peer-reviewers who have the competence and appropriate field of expertise. Editorial received writings of archaeological research, history, ethnography, anthropology, and other supporting science related to human and culture. Forum Arkeologi is accredited as national scientific journal number 772 / AU1 / P2MI-LIPI / 08 / 2017. Starting at the end of 2016, Forum Arkeologi begins to use electronic journal systems following technological and information developments and facilitate reader access.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012" : 11 Documents clear
KOMODITI PERDAGANGAN KESULTANAN TAMBORA KAJIAN PENDAHULUAN HASIL EKSKAVASI SITUS TAMBORA I Made Geria
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.08 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.481

Abstract

Tambora Sultanate played an important role in the trade hegemony in Nusa Tenggara. Tambora was an area which had many natural resources and produced weaving textile. It made Tambora become strategic as the main zone of comodity that supported Bima Sultanate or did direct selling to other kingdoms and traders. Based on survey and excavation method, it is known that the trading comodities were coffee, hazelnut, honey, deer jerked meat, ropes, weaving crafts, and horses. Some variables that supported the argument that Tambora was a trading zone namely Tambora was rich in natural resources and there were efforts to produce comodities to be sold. Tambora had strategic location which could access to Labuhan Kenanga and Teluk Saleh, trade route to Nusa Tenggara. Tambora was also famous as an area with many bandars which gave a chance for Tambora to be an important part of trading activity. Kesultanan Tambora berperan dalam hegemoni perdagangan di wilayah Nusa Tenggara. Sebagai wilayah yang memiliki sumberdaya alam serta memproduksi kerajinan tenun, menjadi strategis, baik sebagai kawasan penyangga komoditi untuk kesultanan Bima, maupun hubungan dagang langsung dengan kerajaan atau pedagang lainnya. Berdasarkan metode survei dan ekskavasi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat menjawab permasalahan tentang komoditi perdagangan yang dimiliki Tambora adalah kopi, kemiri, madu, dendeng rusa, tali tambang, kerajinan tenun dan kuda. Diketahui sejumlah variabel yang mendukung keberadaan Tambora sebagai kawasan perdagangan, selain sumberdaya alam, ada upaya memproduksi komoditi dagang. Variabel geografi s letak kesultanan Tambora strategis memiliki akses ke Labuhan Kenanga dan Teluk Saleh yang merupakan jalur perdagangan ke kawasan Nusa Tenggara. Peranan kesultanan Bima sebagai kawasan yang terkenal memiliki bandar ramai pada waktu itu memberi peluang Tambora dalam kegiatan perdagangan.
COVER FORUM ARKEOLOGI VOL. 25 NO. 2 AGUSTUS 2012 Forum Arkeologi
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.524 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.486

Abstract

APPENDIX FORUM ARKEOLOGI VOL. 25 NO. 2 AGUSTUS 2012 Forum Arkeologi
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.97 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.488

Abstract

POTENSI WISATA ARKEOLOGI DI KAWASAN DANAU BERATAN I Wayan Suantika
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.794 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.482

Abstract

The site around of Beratan Lake, at Candi Kuning Village, District of Baturiti, Tabanan regency, until present day become one destination area at Bali Island. It offers environment tourism, water tourism and also agro tourism. Beside that, surely this area has potential in the aspect of cultural tourism, esspecially archaeological tourism. Around Beratan lake, it was found several archaeological site which spread in many places and consist of several item of archaeological remains, with the their uniquenesses. All of archaeological remains exactley to be sustainable development, caused by the quality and the quantity of the archaeological resourches more posibble became one of the tourism destinations. Planned and integrated treatments of all stake holders are necessary. Kawasan Danau Beratan, di Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,sampai saat ini sudah menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata di Pulau Bali. Daya tariknya berupa wisata alam, wisata air, dan juga agrowisatanya. Disamping semua daya tarik tersebut, sebenarnya wilayah ini memiliki potensi dalam bidang wisata budaya, khususnya wisata arkeologi. Disekitar danau Beratan banyak ditemukan situs-situs arkeologi yang tersebar di berbagai tempat serta terdiri dari berbagai jenis tinggalan arkeologi yang memiliki daya tarik tersendiri. Tinggalan-tinggalan arkeologi ini, sangat tepat untuk dikembangkan secara berkelanjutan, mengingat kwantitas dan kwalitas sumberdaya arkeologi yang ada sangat memungkinkan untuk dijadikan sebuah daya tarik pariwisata. Hanya saja diperlukan penangaan yang bersifat terencana dan terpadu dari semua komponen.
BACK COVER FORUM ARKEOLOGI VOL. 25 NO. 2 AGUSTUS 2012 Forum Arkeologi
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.857 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.489

Abstract

MELACAK JEJAK MANUSIA PURBA (HOMO ERECTUS) DI FLORES nfn Jatmiko
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.029 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.483

Abstract

Study about “Homo erectus, It’s Culture and Environments” are a never ending topic and will always remain as a challenge for the archaeologists. The presence of Homo erectus and it’s cultures are importance assets for understanding the history of human settlements in Indonesia; since when; how the physical and cultural developed; until how far the distribution take place. “State of The Art” of this research showing that the remaining fossil of Homo erectus was concentrated in Java. While generally, only faunal and cultural remains were found outside Java.Indonesia (especially Java), is one of the country which have the most complete for Homo erectus remains in the world, and mostly (65%) are found in Sangiran site, Central Java. But how about outside Java? Is it true that Homo erectus was lived in Flores? This are the problems that researchers in Puslitbang Arkenas are trying to resolve or the past fi ve decades. Based on the evidence of the archaeological remains (artefacts and confects) that have been founded in Soa Basin (Middle Flores), predicted that prehistoric life in this area already begins long time ago, between Lower Pleistocene – beginning of Middle Pleistocene. From several stone tools associates with a stegodon fossil, Verhoeven suggested that artefacts made by Homo erectus around 750.000 years ago. The result of this present study confi rmed the Verhoeven hypothesis. Soa Basin is a archaeological site complex with abundant of artefacts and faunal fossils. Even the Homo erectus fossils not found yet, the assemblages of artefacts and faunal fossils (such as Stegodon, crocodile, komodo, land turtle, and a kind of giant rodent) were found in several sites around Soa Basin. These artefacts and faunal remains are already supported by absolute dating to sure the age of these assemblages. The existence of stone tools also support the evidences that Soa Basin area were occupied by Homo erectus around Pleistocene period. Kajian tentang tema’Manusia Purba, Budaya dan Lingkungannya” merupakan topik yang tidak pernah usang dan selalu menjadi tantangan bagi para peneliti. Hadirnya manusia purba dan budayanya merupakan aset penting bagi pemahaman sejarah hunian di Nusantara; sejak kapan kehadirannya, bagaimana perkembangan fi sik dan budayanya, serta sampai sejauhmana persebarannya. Dari hasilhasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tinggalan fosil manusia purba lebih terkonsentrasi di Jawa, sedangkan di luar Jawa umumnya hanya ditemukan sisa-sisa fauna dan budayanya Kawasan Nusantara (terutama di Jawa) merupakan salah satu negara yang memiliki tinggalan manusia purba paling lengkap di dunia. Dari berbagai temuan fosil-fosil manusia purba di seluruh dunia, hampir 65 % nya ditemukan di Indonesia (terutama dari Situs Sangiran). Lalu bagaimana dengan di luar Jawa, apakah benar manusia purba (Homo erectus) pernah hidup di Flores ? Permasalahan inilah yang akan coba dipecahkan melalui hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Arkenas dalam dekade 5 (lima) tahun terakhir ini. Berdasarkan bukti-bukti temuan arkeologis (artefak dan ekofak) yang didapatkan dalam penelitian di Cekungan Soa (Flores Tengah), memprediksikan bahwa kehidupan purba di wilayah ini sudah berlangsung sejak lama, yaitu pada kurun waktu antara Pleistosen Bawah – awal Pleistosen Tengah. Dari beberapa temuan artefak batu yang berasosiasi dengan fosil Stegodon, Verhoeven menduga bahwa pembuat artefak ini adalah manusia purba Homo erectus yang berasal dari kurun waktu sekitar 750.000 tahun lalu. Hasil-hasil penelitian sejauh ini semakin mengkonfi rmasikan hipotesis Verhoeven tersebut. Wilayah Cekungan Soa merupakan kompleks situs purba yang kaya akan artefak dan fosil fauna. Walaupun belum menemukan sisa manusianya, namun penemuan himpunan artefak dan fosil-fosil fauna (antara lain Stegodon, buaya, komodo, kura-kura darat, dan sejenis tikus besar) di berbagai situs di Cekungan Soa sudah diperkuat dengan data pertanggalan absolut, sehingga dapat diketahui umurnya secara pasti. Keberadaan alat-alat batu tersebut semakin memperkuat bukti bahwa di wilayah Cekungan Soa pernah menjadi ajang aktivitas manusia purba (Homo erectus) pada kurun waktu yang sangat tua (Kala Pleistosen).
KARAKTER BANGSA DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BALI I Gde Parimartha
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.197 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.479

Abstract

Each community has a character as the values that is inherent in their daily life. The character gives traits in the way of thinking, behavior, infl uenced by a variety of input received from the environment. Therefore, instead of an existing character by nature, but rather the process of life is refl ected in his behavior. Thus the character of a nation is a long process of Indonesian people of which the data traces can be tracked from the past.This paper attempts to lift the national character of the people of Bali, which focused on four villages, in the category of rural villages and coastal villages. Four villages were: Village of Kayubihi and Bugbug (as rural village) and Kampung Baru Village and Kusamba (as coastal village). This study raised the questions: How is the national character refl ected and actualized in the public life ? Further, what factors are affecting the formation of the nation characters in the life of society ? Methodologically, this study tried to do a more comprehensive approach in the following aspects: historical, values, and the environmental community. In terms of method, this study applied qualitative methods, by taking some research steps: interviews, readings, recording, note taking, FGD, and interpretative analysis.The results showed that the character of the nation in the four villages shows similarity that the general concepts applied in Bali, such as: tri hita karana, tri kaya parisuda, tri mandala, desa kala patra, rwa bhineda, Unity in Diversity, Pancasila. While in particular, the remote villages show old tradition properties as the village inheritance, such as: ulu apad, homogeneous properties, hulu teben, the role of village kebayan, while in the coastal village is refl ected by the spirit of multicultural behavior, heterogeneous, mutual respect, and so other. The actualization is shown on people’s lives such as: on mutual understanding, consultation in the village, and the synergy of traditional and offi cial village services, worked together in mutual cooperation, each gives place to the interests of others. All the activities are affected by historical factors, the values of religion, nationality, and the environment. Setiap kelompok masyarakat memiliki karakter sebagai nilai-nilai yang melekat dalam kehidupannya. Karakter itu memberi ciri pada cara berpikir, tingkah laku, yang dipengaruhi oleh berbagai masukan yang diterima dari lingkungannya. Karena itu, karakter sesuatu yang ada secara alamiah, melainkan hasil proses kehidupan yang tercermin dalam tingkah lakunya. Demikian karakter bangsa adalah merupakan suatu proses panjang bangsa Indonesia yang dapat dilacak jejak-jejaknya sejak masa lampau. Tulisan ini mencoba mengangkat karakter bangsa dari masyarakat Bali, yang terfokus pada empat buah desa, dalam kategori desa pedalaman dan desa pantai. Empat desa itu adalah: Desa Kayubihi dan Bugbug (sebagai desa pedalaman) dan Kelurahan Kampung Baru dan Kusamba (sebagai desa pantai). Penelitian ini mengangkat pertanyaan: Bagaimana nilai karakter bangsa itu tercermin dan teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat ? Selanjutnya faktor-faktor apa yang memperngaruhi terbentuknya karakter bangsa dalam kehidupan masyarakat itu ? Secara metodologis dicoba melakukan pendekatan yang lebih komprehensif dari aspek-aspek: historis, nilai-nilai, dan lingkungan masyarakat. Dari segi metode, digunakan metode kualitatif, dengan melakukan langkah-langkah penelitian dengan wawancara, pembacaan, perekaman, pencatatan, FGD, dan analisis interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa karakter bangsa di empat desa itu, memperlihatkan persamaan konsep-konsep yang umum berlaku di Bali, seperti: tri hita karana, tri kaya parisuda, tri mandala, desa kala patra, rwa bhineda, bhineka tunggal ika, Pancasila. Sementara secara khusus, desa pedalaman memperlihatkan sifat-sifat kekunaan tinggalan desa, seperti: ulu apad, sifat homogeen, hulu-teben, peranan kabayan desa, sedangkan di desa pantai tercermin semangat menyama braya (multikultur), hetrogeen, saling menghargai, dan lain-lain. Aktualisasinya terlihat pada kehidupan masyarakat seperti: hidup saling memahami, musyawarah dalam desa, sinergi desa adat dan dinas, bergotong royong, saling memberikan tempat pada kepentingan yang lain. Sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: faktor sejarah, nilainilai agama, kebangsaan, dan keadaan lingkungan.
RELIEF JAMBANGAN BUNGA DI PURA PUSEH KANGINAN CARANGSARI DESA CARANGSARI, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG STUDI ARKEOLOGI-RELIGI I Nyoman Rema
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.304 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.484

Abstract

In the temple of Puseh Kanginan there is building components one of which is a relief of vase fl owers. This relief is becoming very attractive to author because it resembles a relief of kalpataru which were found many at temples in Java, such as Prambanan and Borobudur. There are two problems raised in this study, namely the identity of relief of vase fl owers, and its meaning. This study uses two theories; they are theory of religion and cultural ecology theory. Those theories were used to reveal the religious aspects and the role of the relief in the hopes of its creators and the community to adapt and maintain the environment. The study was a qualitative research.The datawere collected by observation and literature study. Data were analyzed descriptively and qualitatively, with the process of data reduction, presentation of data, and drawing conclusions. In the fi nal stage after data analysis, it was conducted the presentation of data according to the problems. So it can be seen that the relief of fl ower vase at Pura Puseh Kanginan, Carangsari village, Petang District, Badung regency, in terms of its characteristics is the Kalpataru relief. Meaning contained in it is a symbol of life, the purity and balance of the universe. In addition, this tree is also known as the banyan tree, as well as a symbol of purity, which is used as a means of spiritual purifi cation ceremony in Bali (atma wedana). Di Pura Puseh Kanginan terdapat komponen bangunan salah satu diantaranya adalah relief jambangan bunga. Relief ini menjadi sangat menarik bagi penulis karena relief ini menyerupai relief kalpataru yang banyak terdapat pada candi di Jawa, seperti Prambanan dan Borobudur. Ada dua permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai identitas relief jambangan bunga tersebut, dan makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori religi dan teori ekologi budaya, yang digunakan untuk mengupas aspek religi dan peran relief tersebut dalam harapan masyarakat penciptanya dalam beradaptasi dan menjaga lingkungannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif ; sumber data dikumpulkan secara observasi dan kepustakaan. Anaalisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif, dengan proses ; reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan. Pada tahap akhir setelah analisis data, dilakukan penyajian data, sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Jadi dapat diketahui bahwa relief jambangan bunga yang terdapat di Pura Puseh Kanginan, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, dilihat dari segi ciri-cirinya adalah relief kalpataru. Makna yang terkandung di dalamnya adalah simbol kehidupan, kesucian dan keseimbangan alam semesta. Di samping itu pohon ini juga dikenal dengan banyan dan beringin, juga sebagai simbol kesucian, yang dipakai sebagai sarana upacara penyucian roh di Bali (atma wedana).
ASPEK KEMASYARAKATAN DI BALIK MAKANAN DALAM PRASASTI BALI KUNA Luh Suwita Utami
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.651 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.480

Abstract

Old Bali Inscription mentioned that people who lived around Batur lake had a dynamic life. In their religious life, they tied in a religious unity to worship Sang Hyang I Turunan, in Magha month, date nine, in a big ceremony. Still based on the inscription, there were several offerings in that ceremony namely kinds of fi sh called simbur, nyalian, and dlag (gabus). This study aims to know social aspects behind the existance of some foods mentioned in the eighteen inscription related to the people around the lake. Library research method was applied in this study. Library research was applied to some Old Bali Inscriotion which mentioned about the villages around lake Batur. The result of the study shows that foods played an important role in some aspects of the society. Prasasti Bali Kuna memberitakan bahwa kehidupan masyarakat yang berdiam di sekitar Danau Batur sangat dinamis. Dalam kehidupan keagamaannya, masyarakat terikat pada suatu kesatuan religius untuk memuja Sang Hyang I Turuñan, pada bulan Magha tanggal sembilan dalam sebuah upacara besar. Diberitakan adanya beberapa jenis persembahan dalam pelaksanaa upacara tersebut, seperti sejenis ikan yang disebut sebagai ikan simbur, ikan nyalian, ikan dlag (gabus). Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kemasyarakatan yang termuat di balik beberapa jenis makanan yang termuat dalam 18 buah buah prasasti yang berkaitan dengan masyarakat di sekitar Danau Batur. Metode yang digunakan adalah studi pustaka. Studi pusataka dilakukan terhadap beberapa prasasti Bali Kuna yang menyebutkan tentang desa-desa sekitar Danau Batur. Pemeriksaan terhadap beberapa prasasti menunjukkan bahwa makanan mempunyai peranan dalam beberapa aspek dalam masyarakat.
JENIS-JENIS KEJAHATAN BERDASARKAN NASKAH DAN RELIEF PADA MASA JAWA KUNA T.M. Hari Lelono
Forum Arkeologi VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.749 KB) | DOI: 10.24832/fa.v25i2.485

Abstract

Crime has been going along with the civilization of mankind, with different variations and forms, ranging from petty crimes to the level of serious crime. Old Javanese society was experiencing a variety of levels of crime are always disrupt their lives. What types of crime are frequent at the time, why the crime was often the case ? a problem that we want to know. Therefore, this paper aims to provide knowledge to the public, about the positive and negative values that happens in the Java Kuna . In an effort to uncover, then the method used in this study descriptive analysis, namely describe and interpret the contents of the inscriptions and carved reliefs to be sampled, as some of the inscriptions that mention about the crimes of which Inscription Balingawan, Mantyasih II, Kaladi, Saŋguran, Manuscript Purwwadhigama, as well as some temple reliefs and relief off. Hopefully, this paper can be useful especially for science and to strengthen national identity, through cultural heritage of great value. Dunia kejahatan sudah berlangsung seiring dengan peradaban umat manusia, dengan bermacam variasi dan bentuknya, mulai dari tingkatan kejahatan ringan sampai kejahatan berat. Masyarakat Jawa-Kuna-pun mengalami bermacam tingkat kejahatan yang selalu mengganggu kehidupannya. Kejahatan jenis-jenis apa saja yang sering terjadi pada waktu itu, mengapa kejahatan itu sering terjadi ? menjadi permasalahan yang ingin diketahui. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan ingin memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas, tentang nilai-nilai positif dan negatif yang terjadi pada masa Jawa-Kuna. Dalam upaya untuk mengungkap, maka metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif analitis, yaitu mendeskripsi dan menginterpretasi isi prasasti dan pahatan relief candi yang dijadikan sampel, seperti beberapa prasasti yang menyebutkan tentang kejahatan di antaranya Prasasti Balingawan, Mantyasih II, Kaladi, Saŋguran, Naskah Purwwadhigama, dan relief beberapa candi dan relief lepas. Diharapkan, makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi ilmu pengetahuan dan dapat memperkokoh jatidiri bangsa, melalui warisan budaya yang bernilai tinggi.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue VOLUME 34, NOMOR 2, OKTOBER 2021 VOLUME 34, NOMOR 1, APRIL 2021 VOLUME 33, NOMOR 2, OKTOBER 2020 VOLUME 33, NOMOR 1, April, 2020 VOLUME 32, NOMOR 2, OKTOBER, 2019 VOLUME 32, NOMOR 1, APRIL, 2019 VOLUME 31, NOMOR 2, OKTOBER, 2018 VOLUME 31, NOMOR 1, APRIL 2018 VOLUME 30, NOMOR 2, OKTOBER 2017 VOLUME 30, NOMOR 1, APRIL 2017 VOLUME 29, NOMOR 3, NOVEMBER 2016 VOLUME 29, NOMOR 2, AGUSTUS 2016 VOLUME 29, NOMOR 1, APRIL 2016 VOLUME 28, NOMOR 3, NOVEMBER 2015 VOLUME 28, NO 3, NOVEMBER 2015 VOLUME 28, NOMOR 2, AGUSTUS 2015 VOLUME 28, NOMOR 1, APRIL 2015 VOLUME 27, NOMOR 3, NOVEMBER 2014 VOLUME 27, NOMOR 2, AGUSTUS 2014 VOLUME 27, NOMOR 1, APRIL 2014 VOLUME 26, NOMOR 3, NOVEMBER 2013 VOLUME 26, NOMOR 2, AGUSTUS 2013 VOLUME 26, NOMOR 1, APRIL 2013 VOLUME 25, NOMOR 3, NOVEMBER 2012 VOLUME 25, NOMOR 2, AGUSTUS 2012 VOLUME 25, NO 1, APRIL 2012 VOLUME 25, NOMOR 1, APRIL 2012 VOLUME 24, NOMOR 3, NOVEMBER 2011 VOLUME 24, NOMOR 2, AGUSTUS 2011 VOLUME 24, NOMOR 1, APRIL 2011 VOLUME 23, NOMOR 3, NOVEMBER 2010 VOLUME 23, NOMOR 2, AGUSTUS 2010 VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2010 VOLUME 22, NOMOR 1, MEI 2009 VOLUME 21, NOMOR 3, OKTOBER 2008 VOLUME 21, NOMOR 2, JULI 2008 VOLUME 21, NOMOR 1, MEI 2008 VOLUME 20, NOMOR 1, MEI 2007 VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2006 VOLUME 19, NOMOR 1, MEI 2006 VOLUME 17, NOMOR 1, JUNI 2004 VOLUME 16, NOMOR 3, SEPTEMBER 2003 VOLUME 16, NOMOR 2, JUNI 2003 VOLUME 15, NOMOR 2, SEPTEMBER 2002 VOLUME 15, NOMOR 1, JUNI 2002 VOLUME 14, NOMOR 1, JULI 2001 VOLUME 13, NOMOR 2, NOVEMBER 2000 VOLUME 13, NOMOR 1, JUNI 2000 VOLUME 11, NOMOR 2, DESEMBER 1999 VOLUME 11, NOMOR 2, DESEMBER 1998 VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 1998 VOLUME 10, NOMOR 2, NOVEMBER 1997 VOLUME 10, NOMOR 1, JUNI 1997 VOLUME 9, NOMOR 1, JANUARI 1996 VOLUME 8, NOMOR 2, MARET 1995 VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 1993 VOLUME 6, NOMOR 1, MARET 1993 VOLUME 2, NOMOR 2, FEBRUARI 1990 VOLUME 2, NOMOR 1, FEBRUARI 1989 More Issue